Semua bersumber pada sebuah situasi miris yang sedang terjadi belakangan ini; Kelangkaan tempe dan tahu karena naiknya harga kacang kedelai import. Rupanya peristiwa tersebut tak luput dari perhatian gadisku ini. Gelombang demi gelombang kritik, kekesalan dan kekecewaan ia luapkan sedemikian rupa. Ya, aku setuju dengan logikanya. Bagaimana mungkin negara kita yang kaya dengan sumber daya alam ini, dapat terkena pengaruh akibat harga kacang kedelai import yang melonjak tinggi? Selain itu, apa yang terjadi sekarang adalah dampak dari kebijakan pemerintah yang amat meleset, dimana ia lebih memilih untuk menghabiskan anggaran untuk melakukan import, ketimbang menginvestasikannya untuk pemberdayaan unit usaha lokal yang berbasis pada sumber daya alam (dan Indonesia sejak ratusan tahun lalu tersohor akan tanahnya yang subur dan sumber daya alamnya yang melimpah).
Perjalanan pulang hari ini penuh dengan keresahan. Gadisku yang membawa keresahan itu sampai bertubi-tubi. Keresahan ini tak ada urusannya dengan hubungan kami yang baik-baik saja. Demikian pula penjelasan barusan kuharap mempertegas bahwa tulisan ini takkan berakhir sebagai curhatan online.
Semua bersumber pada sebuah situasi miris yang sedang terjadi belakangan ini; Kelangkaan tempe dan tahu karena naiknya harga kacang kedelai import. Rupanya peristiwa tersebut tak luput dari perhatian gadisku ini. Gelombang demi gelombang kritik, kekesalan dan kekecewaan ia luapkan sedemikian rupa. Ya, aku setuju dengan logikanya. Bagaimana mungkin negara kita yang kaya dengan sumber daya alam ini, dapat terkena pengaruh akibat harga kacang kedelai import yang melonjak tinggi? Selain itu, apa yang terjadi sekarang adalah dampak dari kebijakan pemerintah yang amat meleset, dimana ia lebih memilih untuk menghabiskan anggaran untuk melakukan import, ketimbang menginvestasikannya untuk pemberdayaan unit usaha lokal yang berbasis pada sumber daya alam (dan Indonesia sejak ratusan tahun lalu tersohor akan tanahnya yang subur dan sumber daya alamnya yang melimpah).
3 Comments
Rinduku terwakil hujan
Deras terserap tanah malam Apakah kau mendengar lirih angin itu? Hai pohon, yang tertunduk menanti pagi Saat matahari terbit tak kau temukan kulagi Aku sedang menapaki angin Mencoba merangkai hujan yang nanti kusematkan pada matahari Agar berkilaulah kau lihat hujan itu 06.06.2012 Ario Sasongko Mungkin tak semua dapat mensyukuri bagaimana nikmatnya beribadah dengan tenang di minggu pagi. Tak pula semua umat dapat merasakan rasa tentram semacam itu, rupanya. Setidaknya pemandangan itulah yag kulihat di sebuah video berikut ini:http://vimeo.com/41394216
Peristiwa itu terjadi di hari minggu, ketika para polisi dan Satpol PP sejak pagi buta sudah bersiaga menghalau kedatangan jamaah HKBP Filadelfia. Apa gerangan yang terjadi? Pada kelanjutan video tersebut, barulah aku mulai mengetahui seluk beluk permasalahan. Gereja HKBP Filadelfia dibangun di areal dekat perkampungan, yang jika kulihat dari cara berpakaian warganya, merupakan perkampungan islam. Jika dilihat dari sebatas informasi yang kudapat dari video ini saja, maka kesimpulanku adalah sebagai berikut: Warga kampung itu, yang dimotori oleh ustad bernama Naimun dan anaknya, menentang keberadaan gereja di areal pemukiman mereka, dan diajukanlah gugatan yang awalnya diterima oleh pemerintah provinsi Jawa Barat, kemudian berujung pada penyegelan gereja tersebut serta tawaran untuk merelokasi gereja agar terhindar dari konflik yang tidak diinginkan. Aku menyisakan sedikit hujan
antara kita karena begitulah akan kuredam sedikit-sedikit bara yang tersisa di jiwamu agar aspal di depan sana tak terlalu panas kau langkahi dan sejuklah cemburumu 24.04.2012 Ario Sasongko Jangan hanyut, aku tak pernah menggunakan majas personifikasi kala mengungkapkan, aku rindu senja. Foto kuambil ketika melintasi jembatan penyeberangan, dan kulihat senja menjelang terbit. Tak ada waktu menungguinya.
Memanglah nasib merupa kesunyian masing-masing,
dan berbagilah aku sunyi itu dengannya sepotong-sepotong. Kupilih ia dari banyak, dari sepi yang sebentar itu kujaring, dan benar aku ingin padanya, Di malam raya, menjadi kanak-kanak kembali, "Hm, Ini anggur bagus.. Tahun berapa?"
"1935." "Oh.." Dan dikecapnya cita rasa itu, yang membuai dan membawa kembali semacam nuansa di tahun 1935. Ada yang mengatakan padaku, peminum angggur sejati, pasti mengerti perasaan ketika mengecapkan aroma anggur di lidah mereka dan di saat yang sama, akan terbayang suasana perkebunan anggur itu, sebuah cita rasa yang membawa penikmatnya ke dalam nuansa yang nyaman dan damai. Dulu itu, darah kami merembas
Menyebut kompeni, memaki Apa kini, bangsa sendiri? Berjuanglah kami, di tanah sunyi Kami bertelanjang tangan Kalian berbekal api Kami berteriak Kalian menembak Sudah lalu, kami mati Sejak awal aku harus mengakui bahwa aku bukanlah jenis-jenis pengagum aforisme, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Aforisme berarti pernyataan yang padat dan ringkas tentang sikap hidup atau kebenaran umum. Dan seiring dengan terusnya kalian membaca tulisan ini, tak perlu sangsi jika kalian menyadari bahwa ketidak sukaanku itu terlihat amat gamblang. Terlebih lagi jika aforisme itu dilontarkan oleh tokoh-tokoh yang dianggap besar (entah "takaran" besar itu seperti apa).
Kupikir hidup itu tak seromantis buaian kalimat-kalimat yang tersusun rapih dan menarik yang berbicara banyak tentang hidup. Aforisme sebagai buah pikiran, hanyalah-jika bisa dikecilkan sedemikan, sebuah buah gagasan dari sebuah individu, yang mewakilkan cara pandangnya dalam memaknai hidup. Entah mengapa kemudian, banyak sekali orang yang mengagungkan logika berpikir orang lain. Apakah kepala mereka telah gagal dalam memfungsikan organ-organ di dalamnya untuk berlogika? Jika bisu ini masih saja mengalun, terlayang ketika mata kita tertemu nanti pada kala terakhir, dan bagaimana jarak kelak menuntunku, maka kau tahulah aku mencintamu.
Dan jika peragu ini harus pergi dalam ragunya, dalam usaha menerka yang tak pernah selesai, sampai pasrah dibawanya bersama tanya-tanya dan terka yang tak rela padam, maka kau tahulah aku mencintamu. |
Halaman ini berisi tulisan harian tentang apa saja yang muncul di pikiran saya.
Archives
January 2016
|