“Bu Darsin! Tadi rumahnya dimasukin maling!”
Kabar tersebut menyambut kedatangan Bu Darsin yang baru saja tiba dari Tanah Abang, berjubel-jubel membeli lusinan pakaian, dan pulang membawa sekantung besar barang dagangan.
“Sekarang malingnya dimana?”
“Ada di rumah pak RT.”
Bu Darsin memandang tetangganya tersebut lekat-lekat.
“Kamu siapa ya?”
“Saya Amin, saya tinggal di rumah pak RT.” Ucap tetangganya itu sambil berjalan mengajak Bu Darsin untuk menyambangi rumah yang dimaksud.
Terlihat di kejauhan rumah pak RT yang sudah dipenuhi warga. Pagar rumah itu terbuka lebar, sandal-sandal warga tampak betebaran di depan pagar, beberapa warga yang tak kebagian masuk, terlihat berkerumun di depan rumah, bahkan untuk menampung warga yang begitu massal, beberapa pesuruh sibuk membangun tenda di depan rumah tersebut, agar dapat menampung warga yang datang, persis seperti sedang ada hajatan. Dengan susah payah, Bu Darsin dan tetangga sang pembawa kabar, menyelip di antara kerumunan, bersusah payah untuk masuk ke dalamnya.
Kabar tersebut menyambut kedatangan Bu Darsin yang baru saja tiba dari Tanah Abang, berjubel-jubel membeli lusinan pakaian, dan pulang membawa sekantung besar barang dagangan.
“Sekarang malingnya dimana?”
“Ada di rumah pak RT.”
Bu Darsin memandang tetangganya tersebut lekat-lekat.
“Kamu siapa ya?”
“Saya Amin, saya tinggal di rumah pak RT.” Ucap tetangganya itu sambil berjalan mengajak Bu Darsin untuk menyambangi rumah yang dimaksud.
Terlihat di kejauhan rumah pak RT yang sudah dipenuhi warga. Pagar rumah itu terbuka lebar, sandal-sandal warga tampak betebaran di depan pagar, beberapa warga yang tak kebagian masuk, terlihat berkerumun di depan rumah, bahkan untuk menampung warga yang begitu massal, beberapa pesuruh sibuk membangun tenda di depan rumah tersebut, agar dapat menampung warga yang datang, persis seperti sedang ada hajatan. Dengan susah payah, Bu Darsin dan tetangga sang pembawa kabar, menyelip di antara kerumunan, bersusah payah untuk masuk ke dalamnya.