Ario sasongko
  • Home
  • BUKU
  • Tulisan, Pikiran
  • Cerita Pendek
  • Hubungi Saya

Review Novel Perfect Pain

3/3/2016

0 Comments

 
Picture
​Mencintai itu mudah,
namun sejauh apa kamu mau berkorban demi sebuah cinta?

Pertanyaan itulah yang muncul di pikiranku setelah membaca novel Perfect Pain karya Anggun Prameswari.

Novel ini berbicara banyak hal tentang cinta dan kasih sayang. Cinta antara Bidari dan Karel, anaknya, yang harus tegar menghadapi kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan Bram, suami Bidari. Selain itu, ada pula jalinan kasih sayang antara Bidari dan Sidhu, seorang pengacara, yang membantu Bidari dalam menghadapi masalahnya.
Pada awalnya, novel ini terkesan akan bercerita mengenai hal yang cukup gelap, kekerasan dalam rumah tangga. Namun, sebagai pembaca, aku bisa menjanjikan bahwa novel ini akan menyuguhkan kisah dan pelajaran yang sangat indah mengenai kasih sayang dan cinta. Berikut ini sedikit alasannya.


Read More
0 Comments

Merenungkan Kerinduan (Review novel Kita dan Rindu yang Tak Terjawab)

26/2/2016

2 Comments

 
Saya antusias sekali ketika dulu mengetahui GagasMedia menerbitkan novel-novel dengan tema Indonesiana. Menurut saya, novel dengan tema Indonesia memiliki sesuatu yang menarik untuk ditawarkan. Terlebih di tengah menjamurnya novel-novel Indonesia dengan tema luar negeri.

Sebagai orang Indonesia, kadang kita menyepelekan hal ini. Saya orang Indonesia, apa sih yang tidak saya tahu tentang Indonesia? 

Ketika membaca novel "Kita dan Rindu yang Tak Terjawab" karya Dian Purnomo ini, terbukti anggapan saya salah dan benar. Anggapan saya salah ketika berpikir saya mengetahui segala hal tentang Indonesia, karena ketika membaca novel ini ada banyak hal yang rupanya tak saya ketahui. Di sisi lain, anggapan saya juga benar, karena novel ini sangat menarik untuk dibaca. Sebuah kisah cinta dan persahabatan dalam balutan tema adat Batak. Berikut ini ulasannya.

Novel ini bercerita tentang seorang gadis bernama Naiza yang mendapat tuntutan menikah oleh kedua orangtuanya. Tuntutan ini menjadi sebuah beban karena kedua orangtua Naiza berharap anaknya menikah dengan laki-laki Batak agar dapat meneruskan adat. Naiza dijodohkan dengan Sydney, seorang pemuda keturunan Batak yang masa depannya terlihat cerah . Naiza selalu mengeluhkan situasinya pada Tantra, sahabatnya sejak kecil-kadang bahkan terlihat lebih dari sahabat . Tantra adalah seorang pemuda cerdas yang sangat perhatian pada Naiza dan sedang melanjutkan studi di Belanda. 

Saya merasa novel ini memiliki unsur cerita yang lengkap. Alur ceritanya disampaikan dengan sangat baik sehingga saya tak bisa berhenti membalik tiap halaman. Konflik utama dalam novel ini terasa sangat kuat, ditambah dengan konflik-konflik tambahan yang semakin memperkuat cerita. Contohnya saja, Naiza dihadapkan pada kondisi kesehatan jantung ayahnya, sehingga membuatnya ingin membahagiakan ayahnya. Juga ada konflik tambahan lain seperti hubungan Naiza dan Tantra yang sangat manis, serta hubungan baik keluarga Naiza dan keluarga Tantra yang membawa dilema.

Karakteriasi tiap tokoh ini disampaikan dengan sangat baik sehingga kita bisa ikut merasakan emosi dan alasan tindakan tiap-tiap tokohnya. Seperti misalnya tokoh Naiza yang kadang membuat saya kesal karena seolah tak berani mengambil sikap tegas atas tuntutan menikah dari kedua orangtuanya. Namun, Naiza rupanya memiliki alasan mengapa ia bersikap seperti itu. Juga melalui tema adat, di satu sisi saya bisa mengerti alasan kedua orangtua Naiza yang ingin menikahkan anaknya dengan Sydney. Namun di sisi lain saya merasa ikut kesal dengan keegoisan mereka. Perpaduan-perpaduan inilah yang membuat saya makin menikmati cerita.

Saya bisa menemukan kisah cinta dan persahabatan Naiza sebagai tokoh utama novel. Saya juga bisa menemukan kisah yang menawarkan nilai-nilai keluarga yang terdapat pada tokoh Tantra dan kedua orangtuanya. Selain itu, saya juga jadi bisa memahami sudut pandang orang tua yang sangat menjaga adat, khususnya Batak, seperti kutipan dialog Ibu Naiza berikut ini.

"Kau tahulah, Nai. Kau ini boru sasada. Cuma satu harta kami ini, kau. Kalau kau tak teruskan adat kami ini, lalu siapa yang mau melanjutkan? Mati sudah Situmorang dari papamu. Tak ada sudah adatnya. Tapi kalau kau kawin sama Batak, masih berlanjut boru Situmorang ini. Masih jadi hula-hula (pihak keluarga dari istri)-nya kita di mata keluarga suamimu nanti. Kita masih dihormati dalam setiap adat Batak. Coba kalau kau kawin sama Sunda atau Jawa atau Manado. Kau ikut adat mereka. Kau dan anak-anakmu tak pernah lagi makan arsik dan ombus-ombus (makanan khas Batak). Lama-lama tak ada acara adat yang kau datangi, anak-anakmu tak kau adati. Berhenti sudah adat kita ini. Habis pula lama-lama Situmorang di muka bumi ini."

Dari kutipan ini, kita bisa melihat bahwa sebenarnya pertimbangan pernikahan satu suku itu, didasarkan pada pertimbangan menjaga tradisi dan adat yang sudah dilakukan secara turun-temurun. Keinginan menjaga adat menjadi sebuah kebangaan dan hal yang mulia. Bagaimana mungkin Naiza bisa menentang semua ini?

Meski mengangkat tema adat, novel ini jauh dari kesan membosankan. Saya justru merasa novel ini merupakan kisah sehari-hari yang sangat manis. Entah bagaimana saya selalu tersenyum kecil ketika membaca hubungan antara Tantra dan Naiza yang sangat menyenangkan. Tentang hubungan kedua tokoh ini, lebih baik kalian baca sendiri saja ya kelanjutan kisah mereka. Kadang saya juga tersenyum sendiri ketika mengikuti cerita atau membaca dialog tokoh-tokohnya. Seperti contohnya satu bagian di halaman 123 yang membuat saya terdiam sejenak ketika membacanya. 

Setelah selesai membacanya, saya jadi merefleksikan keberagaman dalam sebuah pertanyaan.

Apakah mencintai keberagaman yang diciptakan Tuhan merupakan sesuatu yang salah?

Jawaban atas pertanyaan ini dapat kamu temukan dalam novel Kita dan Rindu yang Tak Terjawab ini.
​
Picture
Kita dan Rindu yang Tak Terjawab
(viii+280 halaman)

Penerbit: GagasMedia
Penulis: Dian Purnomo
Editor: Tesara Rafiantika & Nurul Hikmah
Penyelaras Aksara: Idha Umamah
Penata Letak: Putra Julianto
Desainer Sampul: Agung Nugroho


2 Comments

Kutipan novel Rindu yang Membawamu Pulang (1)

25/11/2015

0 Comments

 
(Novel "Rindu yang Membawamu Pulang" sudah dapat dibeli di toko buku)

Gun mengulurkan tangannya pada Ling. Gadis ini menutup mulutnya, tertawa lebar dan menyambut uluran tangan tersebut. Berdansalah mereka dalam alunan biola yang membawa hati. Mereka menari di bawah purnama malam ini. Jalanan menjelma lantai dansa. Ling terus tersenyum. Ia pandangi mata Gun yang sejak tadi tak lepas menatap wajahnya. Ling dapat merasakan degup jantung di dada Gun. Ia dapat rasakan degup jantung itu bertambah cepat dan hangat. Gun merapatkan tubuhnya. Di dalam batin, Gun berkeinginan untuk meminta waktu berhenti sampai begini saja. Kemudian Gun teringat pada sebuah hal.

“Aku pernah berjanji pada diriku sendiri, Ling.”
“Tentang apa?”
“Membawamu berdansa di tempat ini. Aku ucapkan janji itu sewaktu menuntun kereta anginku yang sedang rusak. Malam-malam, persis seperti sekarang.”
“Jangan kau mulai jadi buaya lagi kepadaku. Kau ini sungguh punya bakat buaya keroncong.”
“Tidak, Ling. Aku sungguh pernah ucapkan itu pada diriku sendiri.”
“Atas alasan apa kau ingin mengajakku berdansa di sini?”

Jantung Gun menjadi semakin berdebar.

Read More
0 Comments

Catatan Kaki tentang Perbedaan

6/11/2015

7 Comments

 
(Di balik novel Rindu yang Membawamu Pulang)

Malam itu, sekitar pukul 10, aku mengajak Ayahku berbicara di ruang tamu. Kukatakan padanya bahwa aku ingin berhenti bekerja kantoran dan ingin menjadi penulis. Tatapannya resah. Dari semua keputusan hidup yang kuambil, baru kali ini ia terlihat demikian resah.

Menjadi penulis, mengapa aku ingin melakukannya?

Semua berhubungan dengan ide tentang novel pertamaku "Rindu yang Membawamu Pulang." Aku harus mengajakmu sedikit ke belakang, beberapa bulan sebelum malam di ruang tamu tersebut.

Read More
7 Comments

Ucapan Terima Kasih (Rindu yang Membawamu Pulang)

3/11/2015

0 Comments

 
Semua orang bisa menulis, tapi tak semua orang berani melakukannya. Oleh karena itu, ucapan terima kasih terbesar kuberikan kepada Tuhan, atas keberanian yang Ia titipkan padaku.

Terima kasih pula kuucapkan pada Ayahku atas tatapan resahnya di ruang tamu, saat pertama kusampaikan niatku untuk berhenti bekerja di kantor demi menulis. Juga terima kasih pada Ibuku, atas doanya yang ia panjatkan untukku tiap kali ia terbangun di malam hari.

Buku ini juga kutujukan untuk teman-temanku, mereka yang percaya bahwa aku


Read More
0 Comments

(NOVEL) Rindu yang Membawamu Pulang

3/11/2015

0 Comments

 
Picture
Kita pernah berhenti di persimpangan jalan yang hampir membuat kita menyerah. Berkali-kali aku mencoba menepismu, menamaimu cinta yang tak tentu arah.

Benarkah kita tak bisa memberi kesempatan pada sesuatu yang tak akan pernah sama? Aku tak paham banyak tentang cinta, tetapi bukankah kita hanya perlu merasakannya?

Mereka bertemu di antara perbedaan. Bagi Gun dan Ling, cinta tak pernah mudah dimengerti. Tidak juga mudah dimiliki. Bertahan dalam ketidakpastian membuat mereka ingin menyerah walau tak pernah sanggup saling melepaskan. Atas nama dua hati yang saling mencintai, keduanya berpegang pada janji yang tak sempat terucap. Bentangan jarak dan waktu bukan halangan. Rindu akan membawa pulang.

Namun, masih cukupkah rindu yang mereka miliki?

Penulis: Ario Sasongko
Ukuran: 13 x 19 cm
Tebal: 240 hlm
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-844-0
Harga: Rp 56.000,-

0 Comments

    Buku-buku Ario

    Halaman ini berisi informasi tentang buku-buku yang diterbitkan Ario Sasongko, serta review buku yang ia lakukan.

    Archives

    March 2016
    February 2016
    November 2015

    Categories

    All

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.
  • Home
  • BUKU
  • Tulisan, Pikiran
  • Cerita Pendek
  • Hubungi Saya