“Di hari lain pun, kalian tidak selalu bertemu.”
Ia menatapku, tak melanjutkan ucapannya. Tanpa ia lanjutkan pun sebenarnya aku tahu apa yang ingin ia katakan.
“Tapi ini berbeda dari hari lain. Ini.”
“Bukannya sama saja?” seperti biasanya, ia memotong ucapanku.
“Berbeda.”
Aku akan selalu berdebat dengannya tentang banyak hal, semua hal.
“Apanya?”
“Jarak.”
Ia duduk bersandar di sebelahku. Tiap kali seperti ini, aku akan masuk ke dalam sebuah ruang yang hanya kumiliki sendiri. Tak ada seorang pun yang pernah kuizinkan masuk ke dalam ruangan ini, kecuali dia.
“Memang kenapa dengan jarak?” ia menatapku saat menanyakannya.
“Jarak membedakan banyak hal. Kau akan merasa tenang ketika merindukan seseorang dan menyadari bahwa sebenarnya kau bisa menemuinya kapan pun kau mau.”
“Meski kenyataannya kalian juga tak tiap hari bertemu?”
Aku mengangguk, “Bertemu setiap hari pun tak artinya saling memiliki.”
“Karena apa?”
“Jarak.”
080115
Merenungi jarak
untuk beberapa hari
Ia menatapku, tak melanjutkan ucapannya. Tanpa ia lanjutkan pun sebenarnya aku tahu apa yang ingin ia katakan.
“Tapi ini berbeda dari hari lain. Ini.”
“Bukannya sama saja?” seperti biasanya, ia memotong ucapanku.
“Berbeda.”
Aku akan selalu berdebat dengannya tentang banyak hal, semua hal.
“Apanya?”
“Jarak.”
Ia duduk bersandar di sebelahku. Tiap kali seperti ini, aku akan masuk ke dalam sebuah ruang yang hanya kumiliki sendiri. Tak ada seorang pun yang pernah kuizinkan masuk ke dalam ruangan ini, kecuali dia.
“Memang kenapa dengan jarak?” ia menatapku saat menanyakannya.
“Jarak membedakan banyak hal. Kau akan merasa tenang ketika merindukan seseorang dan menyadari bahwa sebenarnya kau bisa menemuinya kapan pun kau mau.”
“Meski kenyataannya kalian juga tak tiap hari bertemu?”
Aku mengangguk, “Bertemu setiap hari pun tak artinya saling memiliki.”
“Karena apa?”
“Jarak.”
080115
Merenungi jarak
untuk beberapa hari