Perjalanan pulang hari ini penuh dengan keresahan. Gadisku yang membawa keresahan itu sampai bertubi-tubi. Keresahan ini tak ada urusannya dengan hubungan kami yang baik-baik saja. Demikian pula penjelasan barusan kuharap mempertegas bahwa tulisan ini takkan berakhir sebagai curhatan online.
Semua bersumber pada sebuah situasi miris yang sedang terjadi belakangan ini; Kelangkaan tempe dan tahu karena naiknya harga kacang kedelai import. Rupanya peristiwa tersebut tak luput dari perhatian gadisku ini. Gelombang demi gelombang kritik, kekesalan dan kekecewaan ia luapkan sedemikian rupa. Ya, aku setuju dengan logikanya. Bagaimana mungkin negara kita yang kaya dengan sumber daya alam ini, dapat terkena pengaruh akibat harga kacang kedelai import yang melonjak tinggi? Selain itu, apa yang terjadi sekarang adalah dampak dari kebijakan pemerintah yang amat meleset, dimana ia lebih memilih untuk menghabiskan anggaran untuk melakukan import, ketimbang menginvestasikannya untuk pemberdayaan unit usaha lokal yang berbasis pada sumber daya alam (dan Indonesia sejak ratusan tahun lalu tersohor akan tanahnya yang subur dan sumber daya alamnya yang melimpah).
Semua bersumber pada sebuah situasi miris yang sedang terjadi belakangan ini; Kelangkaan tempe dan tahu karena naiknya harga kacang kedelai import. Rupanya peristiwa tersebut tak luput dari perhatian gadisku ini. Gelombang demi gelombang kritik, kekesalan dan kekecewaan ia luapkan sedemikian rupa. Ya, aku setuju dengan logikanya. Bagaimana mungkin negara kita yang kaya dengan sumber daya alam ini, dapat terkena pengaruh akibat harga kacang kedelai import yang melonjak tinggi? Selain itu, apa yang terjadi sekarang adalah dampak dari kebijakan pemerintah yang amat meleset, dimana ia lebih memilih untuk menghabiskan anggaran untuk melakukan import, ketimbang menginvestasikannya untuk pemberdayaan unit usaha lokal yang berbasis pada sumber daya alam (dan Indonesia sejak ratusan tahun lalu tersohor akan tanahnya yang subur dan sumber daya alamnya yang melimpah).