"Ah, rasanya dibutuhkan lebih dari sekedar tukang protes, komentator, ataupun eksploitasi rating media, demi mengubah bangsa ini. Seseorang harus memulai sesuatu, bertindak dan memberikan contoh."
Ario Sasongko
Ario Sasongko
"Ah, rasanya dibutuhkan lebih dari sekedar tukang protes, komentator, ataupun eksploitasi rating media, demi mengubah bangsa ini. Seseorang harus memulai sesuatu, bertindak dan memberikan contoh."
Ario Sasongko
0 Comments
Aku tak pernah ingat bahwa aku pernah membuat sebuah puisi berbahasa Inggris, sampai aku menemukan kembali file ini. -------------------- There’s another sleepless night… As they searching for the replacement of God, they might.. Although thousand and thousand pray sent to heaven.. And there’s a flame at the end of our sightsee. Melted wind, float to our ears, once again Whispering gently.. Said that our prey wouldn’t be a reality.. A sharp bullet, go through my body and another.. It’s warm.. Remind me of a love from her in the last border.. I lay down.., watching my last sky with my sorrow eyes.. Another day of anger.. Is another day of end.. As humble children lose their future once again.. Peace is a bubble in ocean.., Wiped away by the storm of lust and passion.. And I ended up with a question.. Why cant they stop the war.., even for just one second.. At night.., that lonely town cried silently.. And ashes flew.., searching for the miracle that wouldn’t be. That sadness will live in eternity.. And pain will last in their memory For the innocent smile in Palestine.. 06 Januari 2009 Ario Sasongko Namaku Ario Sasongko, aku lahir ketika matahari terbit di Bumi. Tampaknya jauh-jauh hari nama tersebut sudah disiapkan, oleh kakekku Alm. Saroso Wahjoe. Beliau memilih nama itu, setelah konon terinspirasi dari sinar bulan purnama di malam hari. Konon, aku diberikan nama seperti itu, karena kakekku berharap agar aku dapat menjadi manusia yang membawa cahaya pencerahan/kebijaksanaan bagi umat manusia. Mungkin analoginya sama seperti bulan purnama, yang cahayanya mampu menyinari malam yang gelap. Dan entah bagaimana, secara kebetulan pula, aku terlahir tepat ketika matahari terbit di ufuk timur, dan tangis pertamaku itu menggema ketika bias-bias sinar matahari perlahan terpancar di atas muka Bumi ini.
Pagi itu, tanggal 3 Oktober, matahari terbit dari ufuk timur, memancarkan pencerahan pada dunia yang masih teramat muda. Selamat hari 3 Oktober, Ario Sasongko. Dunia pasti cukup bersabar untuk menunggu, sampai akhirnya pagi itu kembali tiba. |
Halaman ini berisi tulisan harian tentang apa saja yang muncul di pikiran saya.
Archives
January 2016
|