Suasana inilah yang selalu kurasakan di setiap akhir bulan September. Diam dalam nuansa seperti hujan yang sepi. September adalah bulan yang menyedihkan dalam sejarah bangsa ini. "Kontras" menyebutnya sebagai "September Hitam." Ya, September rasanya lebih dari sekedar "Wake me up when september end"nya Greenday, tak ceria pula semacam "September Ceria"nya Vina Panduwinata, atau tak sekedar sebagai penanda datangnya musim hujan. Entah bagaimana ini tersebut sebagai kebetulan, ketika dalam perjalanan bangsa ini, bulan September selalu memiliki catatan gelap pada setiap eranya.
Entah sudah berapa kali aku menghapus paragraf pertama ini. Aku ingin membuat sebuah pembukaan tentang bagaimana indahnya planet yang kita sebut Bumi. Tentang bagaimana Bumi yang diciptakan sebagai planet paling tentram di sepenjuru galaksi dan satu-satunya tempat yang manusia ketahui untuk dapat bertahan hidup. Bumi diciptakan dengan perhitungan yang luar biasa, terlindung dari bahaya benda-benda langit yang ada di alam bebas sana. Di dalamnya disediakan berbagai sumber kekayaan alam, agar manusia-manusia dapat menggunakannya demi bertahan hidup. Diberikannya pula satu jenis partikel udara untuk kita dapat bernafas dan berespirasi. Tak ada satupun benda langit di seluruh galaksi ini yang lebih baik dari planet yang kita sebut Bumi ini. Tak ada satupun pula dari milyaran benda langit itu yang bisa menghidupi kita, seperti yang sudah Bumi lakukan selama trilyunan tahun. Bumi ini yang begitu indah, tentram dan luar biasa. Aku tak dapat sedikitpun menjabarkannya. Tak pula dengan paragraf yang akhirnya kupertahankan dan kini sedang kalian baca.
|
Halaman ini berisi tulisan harian tentang apa saja yang muncul di pikiran saya.
Archives
January 2016
|