Ario sasongko
  • Home
  • BUKU
  • Tulisan, Pikiran
  • Cerita Pendek
  • Hubungi Saya

Pagi, Jakarta

27/12/2010

2 Comments

 
Jakarta
Jam enam pagi
Hujan dan segelas teh manis hangat.
Suara alarm dan mobil-mobil yang sedang dipanaskan.
Tukang roti dan pagar-pagar rumah yang mulai dibuka.
Suara burung gereja dan aroma aspal yang basah.
Langit abu-abu dan daun yang mengkilap-kilap karena hujan.
Berita pagi televisi dan semangkuk indomie sosis.
Lantai rumah mulai disapu dan anak-anak kecil berangkat sekolah.
Pemulung kesiangan dan sampah menumpuk di depan rumah.
Koran pagi, teras rumah dan sebatang rokok.
Dasi yang dikencangkan pada kemeja.
Batuk pria lanjut usia karena penyakit paru-paru.
Mendung dan matahari yang mencoba ada.
Gerobak bubur ayam dan satpam yang pulang jaga.
Warung rokok mulai dibuka.
Pengamen menyetem gitar.
Polusi di hari pertama dunia.
Wartawan muda mencari berita.
Gerbong kereta tua yang berderat-derat.

Jakarta
Jam enam pagi
Hujan reda dan aku belum tidur satu detikpun.

Ario Sasongko
2 Comments

Mejawab Milik yang Kau Sebut Rindu

27/12/2010

1 Comment

 
(Untuk kau, tahu siapa)

Esok-esok
Kalau rindu itu datang
Terimalah dia dengan baik
Karena sama sepertimu
Ia pun kesepian
Dan butuh teman

Kalau sempat
Ajaklah rindu berbincang
Karena kau tahu.
Aku tak mungkin datang.

Dan semoga kau tak keberatan.

Ah,
Tentu kau tahu.
Aku pun rindu kau.

Saat ini kami sedang menikmati cangkir teh hangat
Dan berbincang tentang masa lalu.
Dan harapan,
yang kau dan aku sama-sama tahu,
tak mungkin datang.


Seandainya Tuhan kita satu.

Ario Sasongko

1 Comment

Dan Kemudian

27/12/2010

0 Comments

 
Dan Kemudian
Waktu meruang
Nyata.
Akupun manusia
Tak nyata.

Dan Kemudian
Diantara takdir manusia
Dan dunia
Dilema fana
Aku berada antara waktu, waktu, waktu
Lalu aku hilang

Dan Kemudian
Saat orang-orang melihat ke depan
Masa depan
Aku berlalu
Mencari masa lalu

Dan kemudian
Memang demikan
Waktu berjalan

Ario Sasongko
0 Comments

Membatu

27/12/2010

0 Comments

 
Pelantun bisu bernyanyi semu
Harapan itu terlalu tajam
Hingga dia enggan menyentuhnya.
Hingga hanya dipandangnya elok.
Membatu.***

Ario Sasongko
0 Comments

Tidur

27/12/2010

0 Comments

 
Untuk kelima kalinya,
kau membuat tidurku tak nyenyak.

Saat terbangun,
Mimpi itu terus saja mencoba menyelinap.
Dan siang ini, giliran aku yang berharap hidup dalam mimpi.***

Ario Sasongko
0 Comments

Makhluk Mitologi

27/12/2010

0 Comments

 
Orang-orang berkata
"Makhluk mitologi hanya ada dalam cerita"
Kau tahu?

Cerita pun adalah representasi dunia.
Kau tahu?
Aku pernah bertemu satu..
Entah bagaimana kini langit merindukannya.

Ario Sasongko
0 Comments

Hari Minggu Kami

27/12/2010

0 Comments

 
Hari minggu,
dan orang-orang pergi berpasangan.
Duduk berdua di kafe, menikmati hidangan.
Mengaduk es capuccino dengan sedotan.
Membalas pesan singkat yang berlintasan.
Berkisah tentang hari, yang kemarin mereka lewatkan.
Mungkin habis ini menonton film.
Duduk berdua berpegangan tangan.
Malam, mereka kembali makan.
Kali ini di restoran.
Mereka berpisah di depan rumah, lengkap dengan senyuman.
Esok, mereka janji untuk bertemu di hari kemudian.

Hari minggu,
dan aku bangun pukul tujuh pagi.
Pergi ke kios koran, membeli surat kabar tertanggal hari ini.
Memisahkan rubrik cerpen dan tertidur kembali.
Siang aku terbangun lagi,
melanjutkan sarapan pagi.
Lalu mandi.
Kepala berputar mencari tempat menulis yang sunyi.
Kemudian singgah di kafe yang lekat di hati.
Duduk sendiri, menikmati jahe hangat, sebatang rokok, dan menulis puisi.
Cerpen yang tak kunjung selesaipun mengganggu imaji.

Hari minggu,
dan aku memandang orang-orang ibukota.
Rasanya aku memang tidak cocok membicarakan cinta.

Ario Sasongko

***
"Ario, kamu hanya membutuhkan ruang sunyi di hati seorang perempuan, untuk dicintai dan sekedar menulis puisi di sudut sunyi ruang hatinya."

-Pesan dari seorang teman, bernama Daniel Rudi-
0 Comments

Sebuah Definisi, Berbentuk Deskripsi Tanya.

27/12/2010

0 Comments

 
Dan kaukah?
Tanya yang tak terselesaikan?
Padang Savana yang dalam sesatku, masih terhirup aroma rumput basah kala berpadu hujan?
Matahari senja serta hamparan jingga oranye, dalam lukis perpisahan sepandang langit?
Bentuk indah tak kasat mata yang begitu nyata?
Aroma menawan yang tak kujung raih kugenggam?
Benak yang kupandang buta?
Logika yang tak mementingkan jalan pikiran?
Wangi yang begitu lama meninggalkan lapis dunia?
Tiada yang kemudian mengada-ada?
Ramai yang sesak dalam kesepian?
Rangkulan angin yang menepis bentuk?
Letupan kembang api dalam ribuan warna, fana?
Goresan tinta dalam hampa udara?
Tidak berada yang mempertanyakan keberadaannya?
Semiotika dalam makna tanya?
Ukir yang mencari kayu?
Teriakan lantang kebisuan?
Biasa, sekaligus dalam keistimewaannya?
Labirin dalam jalan satu arah?
Kerinduan kertas pada tulisan?

Mitos, Legenda, kisah yang menyelusup ke setiap telinga. Kemudian, kuberi nama; Cinta.

Ario Sasongko
0 Comments

Kata Bangsa

27/12/2010

0 Comments

 
Setengah purnama pucat, berwarna kuning coklat
Separuh hilang dimakan alam
Separuh terang pelipur malam

Api menyala, asap berkata
Manusia titisan dewa
Petualang propaganda
Si jalang rasa
Penyamun harta
Penidur wanita
Penyeduh tahta
Kemudian fatamorgana, adalah dunia

Setengah purnama pucat, berwarna kuning coklat
Separuh hilang dimakan alam
Separuh terang pelipur malam

Pergi semua pahlawan
Meninggalkan nisan di pekarangan
Mereka tergantikan
Diusir segerombolan hewan kenikmatan
Menyetubuhi jamuan penghapus ingatan
Kemudian berkumpul di kalibata
Mabuk, dan memulai upacara bendera

Satu lagi jelata penuh nanah
Satu lagi meniduri tanah
Satu lagi ratapan kenikmatan
Satu lagi otak yang berceceran
Satu lagi kuli singgasana
Satu lagi budak propaganda
Satu lagi anak pincang kolong jembatan
Satu lagi buai nina bobo keterbelakangan

Setengah purnama pucat, berwarna kuning coklat
Separuh hilang dimakan alam
Separuh terang pelipur malam

Orang-orang awam berdesakan, menyikut kehidupan
Tendang, pukul, gigit, bahkan saling berjilatan
Mereka antri dalam hukuman mati suka rela
Atau memang mereka lebih suka ditembak di kepala

Nanti-nanti uang juga yang diberi mahkota
Dijunjung, dipeluk, diimpikan, disembah pengganti agama
Dan anak-anak bangsa direbus dalam panci
Kemudian diseduh dalam jamuan teh sore hari

Itulah yang mereka damba
Si penghukum pancung di atas singgasana
Satu-satu jelata menaruh kepala
Satu-satu menyumbang darah untuk negara.

Setengah purnama pucat, berwarna kuning coklat
Separuh hilang dimakan alam
Separuh terang pelipur malam

Padipun tumbuh di atas lumpur
Kepala negara pergi melacur
Satu-satu rakyat dikuliti
Dijadikan jas, kemeja, untuk dikenakan para menteri
Kasihan jelata negeri ini
Mereka tak pernah sakit hati
Mereka hanya senang dihukum mati

Setengah purnama pucat, berwarna kuning coklat
Separuh hilang dimakan alam
Separuh terang pelipur malam
Anak-anak bangsa direbus dalam panci
Kemudian diseduh dalam jamuan teh sore hari.***

Ario Sasongko
0 Comments

?

27/12/2010

0 Comments

 
Lampu sorot di atas panggung
Pesulap kartu mulai memainkan triknya
Belum apa-apa, tapi tepuk tangan sudah dimana-mana.
Satu trik lagi
Hup!
Dan jantung mereka berhenti berdegup

Halo, siapa namamu?
"Nama saya jatuh."
Jatuh apa?
"Jatuh cinta."
Karena apa?
"Karena saya suka."
Dengan siapa?
"Itu juga saya masih bertanya-tanya."

Kasihan dia.
Si pemilik nama.
Hari ini seperti lupa ingatan.
Lupa tidur, minum, makan.
Semoga besok dia juga lupa
Lupa kalau dia sedang lupa ingatan

Kemarin dia pergi mencari kehidupan
Pergi kemana?
"Kemana saja bisa."
Lagipula konon kehidupan ada di dalam hati
Lalu mengapa dia pergi demi mencari?
Mencari alasan mungkin.
Atau barangkali dia memang tak punya hati.

"Hidup itu tanda tanya."
Ketika pulang hanya itu perkataannya.
Entah dia kerasukan filsafat apa.
Jadi hidup = ?
?
?
?
?
Jadi kapan berhentinya?
"Lihat! Kau bertanya! Berarti kau hidup."
Entah apa benar aku ini hidup.
Ya memang aku sanggup.
Tapi kapan berhentinya?
"Apanya?"
Ya si tanda tanya
"Ah itulah mengapa selalu ada titik, di setiap "?""
"?" adalah hidup.
Terserah kau mau menjawab atau menyudahinya.
Atau jika kau bisa
Silahkan ganti dengan "?" lainnya

Besoknya, dia datang dengan hobi baru.
Mencoba bermain sulap kartu.
Apa yang membuat kau mencoba?
"Tadi aku melihat orang-orang sedang jatuh cinta."
Hubungannya?
"Aku ingin tahu bagaimana caranya."
Hubungannya?
"Apa kau tau cara bermain sulap?"
Tidak..
"Nah aku juga ingin tau bagaimana caranya."
Maksudnya?
"Sulap itu keajaiban."
Lalu?
"Cinta itu sulap."

Besoknya dia berkeliling dunia
Mencari guru untuk bermain sulap kartu
Tapi esok lusa impiannya hancur
Semua guru berkata bahwa dia terlalu jujur
Lagipula bagaimana mungkin dia bisa bermain sulap kartu
Jika dia tidak tega untuk menipu

Itulah dia temanku
Si mantan tukang sulap kartu
Saat pertama bertemu
Aku menanyakan namanya
"Jatuh cinta." jawabnya.
Aku bertanya penyebabnya
Dia bilang karena dia suka
Aku tanya siapa yang dia suka
Dia menjawab...
?
***

Ario Sasongko
0 Comments
<<Previous
    Halaman ini berisi tulisan harian tentang apa saja yang muncul di pikiran saya.

    RSS Feed

    Archives

    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2013
    November 2012
    October 2012
    September 2012
    August 2012
    July 2012
    June 2012
    May 2012
    April 2012
    March 2012
    February 2012
    January 2012
    December 2011
    November 2011
    October 2011
    September 2011
    August 2011
    July 2011
    June 2011
    March 2011
    February 2011
    January 2011
    December 2010

    Real Time Web Analytics
Powered by Create your own unique website with customizable templates.
  • Home
  • BUKU
  • Tulisan, Pikiran
  • Cerita Pendek
  • Hubungi Saya