Setengah purnama pucat, berwarna kuning coklat
Separuh hilang dimakan alam
Separuh terang pelipur malam
Api menyala, asap berkata
Manusia titisan dewa
Petualang propaganda
Si jalang rasa
Penyamun harta
Penidur wanita
Penyeduh tahta
Kemudian fatamorgana, adalah dunia
Setengah purnama pucat, berwarna kuning coklat
Separuh hilang dimakan alam
Separuh terang pelipur malam
Pergi semua pahlawan
Meninggalkan nisan di pekarangan
Mereka tergantikan
Diusir segerombolan hewan kenikmatan
Menyetubuhi jamuan penghapus ingatan
Kemudian berkumpul di kalibata
Mabuk, dan memulai upacara bendera
Satu lagi jelata penuh nanah
Satu lagi meniduri tanah
Satu lagi ratapan kenikmatan
Satu lagi otak yang berceceran
Satu lagi kuli singgasana
Satu lagi budak propaganda
Satu lagi anak pincang kolong jembatan
Satu lagi buai nina bobo keterbelakangan
Setengah purnama pucat, berwarna kuning coklat
Separuh hilang dimakan alam
Separuh terang pelipur malam
Orang-orang awam berdesakan, menyikut kehidupan
Tendang, pukul, gigit, bahkan saling berjilatan
Mereka antri dalam hukuman mati suka rela
Atau memang mereka lebih suka ditembak di kepala
Nanti-nanti uang juga yang diberi mahkota
Dijunjung, dipeluk, diimpikan, disembah pengganti agama
Dan anak-anak bangsa direbus dalam panci
Kemudian diseduh dalam jamuan teh sore hari
Itulah yang mereka damba
Si penghukum pancung di atas singgasana
Satu-satu jelata menaruh kepala
Satu-satu menyumbang darah untuk negara.
Setengah purnama pucat, berwarna kuning coklat
Separuh hilang dimakan alam
Separuh terang pelipur malam
Padipun tumbuh di atas lumpur
Kepala negara pergi melacur
Satu-satu rakyat dikuliti
Dijadikan jas, kemeja, untuk dikenakan para menteri
Kasihan jelata negeri ini
Mereka tak pernah sakit hati
Mereka hanya senang dihukum mati
Setengah purnama pucat, berwarna kuning coklat
Separuh hilang dimakan alam
Separuh terang pelipur malam
Anak-anak bangsa direbus dalam panci
Kemudian diseduh dalam jamuan teh sore hari.***
Ario Sasongko
Separuh hilang dimakan alam
Separuh terang pelipur malam
Api menyala, asap berkata
Manusia titisan dewa
Petualang propaganda
Si jalang rasa
Penyamun harta
Penidur wanita
Penyeduh tahta
Kemudian fatamorgana, adalah dunia
Setengah purnama pucat, berwarna kuning coklat
Separuh hilang dimakan alam
Separuh terang pelipur malam
Pergi semua pahlawan
Meninggalkan nisan di pekarangan
Mereka tergantikan
Diusir segerombolan hewan kenikmatan
Menyetubuhi jamuan penghapus ingatan
Kemudian berkumpul di kalibata
Mabuk, dan memulai upacara bendera
Satu lagi jelata penuh nanah
Satu lagi meniduri tanah
Satu lagi ratapan kenikmatan
Satu lagi otak yang berceceran
Satu lagi kuli singgasana
Satu lagi budak propaganda
Satu lagi anak pincang kolong jembatan
Satu lagi buai nina bobo keterbelakangan
Setengah purnama pucat, berwarna kuning coklat
Separuh hilang dimakan alam
Separuh terang pelipur malam
Orang-orang awam berdesakan, menyikut kehidupan
Tendang, pukul, gigit, bahkan saling berjilatan
Mereka antri dalam hukuman mati suka rela
Atau memang mereka lebih suka ditembak di kepala
Nanti-nanti uang juga yang diberi mahkota
Dijunjung, dipeluk, diimpikan, disembah pengganti agama
Dan anak-anak bangsa direbus dalam panci
Kemudian diseduh dalam jamuan teh sore hari
Itulah yang mereka damba
Si penghukum pancung di atas singgasana
Satu-satu jelata menaruh kepala
Satu-satu menyumbang darah untuk negara.
Setengah purnama pucat, berwarna kuning coklat
Separuh hilang dimakan alam
Separuh terang pelipur malam
Padipun tumbuh di atas lumpur
Kepala negara pergi melacur
Satu-satu rakyat dikuliti
Dijadikan jas, kemeja, untuk dikenakan para menteri
Kasihan jelata negeri ini
Mereka tak pernah sakit hati
Mereka hanya senang dihukum mati
Setengah purnama pucat, berwarna kuning coklat
Separuh hilang dimakan alam
Separuh terang pelipur malam
Anak-anak bangsa direbus dalam panci
Kemudian diseduh dalam jamuan teh sore hari.***
Ario Sasongko