Namaku Ario Sasongko, aku lahir ketika matahari terbit di Bumi. Tampaknya jauh-jauh hari nama tersebut sudah disiapkan, oleh kakekku Alm. Saroso Wahjoe. Beliau memilih nama itu, setelah konon terinspirasi dari sinar bulan purnama di malam hari. Konon, aku diberikan nama seperti itu, karena kakekku berharap agar aku dapat menjadi manusia yang membawa cahaya pencerahan/kebijaksanaan bagi umat manusia. Mungkin analoginya sama seperti bulan purnama, yang cahayanya mampu menyinari malam yang gelap. Dan entah bagaimana, secara kebetulan pula, aku terlahir tepat ketika matahari terbit di ufuk timur, dan tangis pertamaku itu menggema ketika bias-bias sinar matahari perlahan terpancar di atas muka Bumi ini.
Pagi itu, tanggal 3 Oktober, matahari terbit dari ufuk timur, memancarkan pencerahan pada dunia yang masih teramat muda.
Selamat hari 3 Oktober, Ario Sasongko.
Dunia pasti cukup bersabar untuk menunggu, sampai akhirnya pagi itu kembali tiba.
Pagi itu, tanggal 3 Oktober, matahari terbit dari ufuk timur, memancarkan pencerahan pada dunia yang masih teramat muda.
Selamat hari 3 Oktober, Ario Sasongko.
Dunia pasti cukup bersabar untuk menunggu, sampai akhirnya pagi itu kembali tiba.