Memanglah nasib merupa kesunyian masing-masing,
dan berbagilah aku sunyi itu dengannya
sepotong-sepotong.
Kupilih ia dari banyak,
dari sepi yang sebentar itu kujaring,
dan benar aku ingin padanya,
Di malam raya, menjadi kanak-kanak kembali,
dan berbagilah aku sunyi itu dengannya
sepotong-sepotong.
Kupilih ia dari banyak,
dari sepi yang sebentar itu kujaring,
dan benar aku ingin padanya,
Di malam raya, menjadi kanak-kanak kembali,
Kami berpeluk ciuman tidak jemu,
Rasa yang sungguh tak sanggup kami lepaskan.
Dan ia satukan hidupnya dengan hidupku,
Entah lama bersama, entah tidak
takdir bukan kami yang urus
inipun kutulis setelah urung menaiki kapal,
duduk di dermaga,
memandang laut tak bernama!
2012
Ario Sasongko
Puisi ini kubuat atas respon terhadap puisi Chairil Anwar yang berjudul "Pemberian Tahu," puisi yang dahulu sangat kusukai, dan terasa "aku" sekali. Kini tidak lagi. :)
Rasa yang sungguh tak sanggup kami lepaskan.
Dan ia satukan hidupnya dengan hidupku,
Entah lama bersama, entah tidak
takdir bukan kami yang urus
inipun kutulis setelah urung menaiki kapal,
duduk di dermaga,
memandang laut tak bernama!
2012
Ario Sasongko
Puisi ini kubuat atas respon terhadap puisi Chairil Anwar yang berjudul "Pemberian Tahu," puisi yang dahulu sangat kusukai, dan terasa "aku" sekali. Kini tidak lagi. :)