Semua berawal ketika aku secara tidak sengaja menemukan artikel pada sebuah portal berita online. Artikel itu menjelaskan tentang undangan untuk mengirimkan puisi dengan tema konflik yang kala itu terjadi di Bima, Nusa Tenggara Barat. Nantinya, puisi-puisi yang terpilih akan dicetak ke dalam buku antologi puisi dengan judul "Antologi Puisi Bima Membara." (Jika kalian tak pernah mendengar kabar tentang konflik Bima, silahkan lakukan riset anda masing-masing.) Kegiatan ini digagas oleh beberapa orang dari komunitas "Sastra Pembebasan," walau aku tak tahu apakah kegiatan ini mengatas namakan komunitas tersebut atau tidak.
Aku bukan seorang penulis puisi yang baik, sejujurnya aku merasa tak bisa menulis puisi. Namun, latar belakang kegiatan inilah yang menggerakkanku untuk mencoba menulis sesuatu. Kupikir, atas alasan semacam inilah aku memutuskan untuk kembali menulis. Aku ingat, Ayahku yang memang melihat tendensi tukang protes di dalam diriku, pernah berkata "Kamu kalau kembali menulis, jangan terlalu keras sama pemerintah." Aku menjawabnya dengan mengatakan bahwa, jika aku ingin berlemah-lemah atau bertoleransi dalam tulisanku, maka sejak awal aku pasti memutuskan untuk tidak kembali menulis. Ayahku tak terkejut dengan jawaban itu, ia tahu persis bagaimana karakter dan isi otak anaknya ini, dan dia diam saja mendengar jawabanku.
Demikianlah, di awal tahun 2012 kemarin, tepatnya tanggal 5 Januari, aku duduk di teras pada tengah malam, bermodal buku catatan kecil, pulpen dan segelas kopi, aku mulai mencoba menulis puisi pertamaku di awal tahun ini. Aku ingin berbicara tentang perjuangan. Saat membaca puisiku ini, aku ingin orang-orang merasakan semangat perjuangan yang sama seperti yang dirasakan para petani di Bima. Aku tak ingin melirihkan keprihatinan, kepahitan ataupun kesedihan dari peristiwa tewasnya beberapa orang dalam konflik itu. Kupikir, kematian mereka, para petani di Bima sana, adalah sebuah pancing kesadaran yang harusnya membuat kita tersadar akan ketidak adilan yang dialami saudara-saudara kita di seantero nusantara ini. Aku, jika bisa dikatakan seperti ini, ingin membuat puisi yang lancang.
Malam itu juga, setelah selesai membuatnya, aku mengirimkan puisi tersebut. Tak ada harapan apapun saat aku mengirimnya. Kupikir, aku hanya ingin berkontribusi sebisaku, dan jika puisiku tidak cukup baik untuk terpilih, paling tidak di dalam buku itu nantinya akan terdapat banyak suara-suara yang juga mewakilkan keresahanku.
Sekitar sebulan berlalu, dan tak ada kabar sama sekali dari kegiatan ini. Akupun tak pernah pula mencari tahu. Sampai akhirnya, kemarin pagi, tanggal 14 Februari 2012, terdengar suara email dari telepon genggamku. Aku memeriksanya, dan ternyata ini adalah email pengumuman tentang antologi puisi tersebut. Paragraf pertama email ini berisi salam dan terima kasih. Paragraf kedua, dibuka dengan kalimat "Karena banyaknya sumbangan puisi yang dikirim oleh para penulis, sehingga tak bisa diterbitkan semuanya karena keterbatasan biaya,(............)" Saat membacanya, aku mulai berpikir "baiklah, aku menerima email pemberitahuan versi penulis yang karyanya tidak lolos seleksi, selamat berjuang kawan-kawan." Kemudian, aku kembali membaca lanjutan email tersebut, dan daftar penulis yang puisinya terpilih masuk ke dalam buku antologi puisi ini, dan, ya rupanya namaku ada di sana.
Aku senang mendapat kabar tersebut, karena ini adalah buku pertamaku di tahun 2012. Bahkan, sejujurnya aku tak pernah mengirimkan tulisan apapun sebelumnya. Namun kupikir pula, ini hanyalah permulaan dari perjalan menulisku, yang memang baru kumulai di tahun 2012. Buku antologi puisi ini, menurutku berupa simbol, bahwa memang inilah jalan hidup yang kupilih. Inilah jenis-jenis tulisan yang akan terus aku hasilkan pada kelanjutan hidupku sebagai penulis. Ya, aku tak mau menjustifikasikannya terlalu dini, satu hal yang pasti, aku menulis karena aku merasakan keresahan, dan ada gagasan di kepalaku yang ingin aku sampaikan. Dari sanalah, aku merasa memiliki arti dalam hidupku.
Oh ya, ngomong-ngomong, aku mendapatkan email yang menginformasikan seperti apa cover dari buku ini, nantinya. Sebenarnya aku berharap model-model cover yang lebih simbolis, namun sudahlah, nanti aku akan mengurus hal semacam itu pada buku pribadiku. :)
Demikianlah, di awal tahun 2012 kemarin, tepatnya tanggal 5 Januari, aku duduk di teras pada tengah malam, bermodal buku catatan kecil, pulpen dan segelas kopi, aku mulai mencoba menulis puisi pertamaku di awal tahun ini. Aku ingin berbicara tentang perjuangan. Saat membaca puisiku ini, aku ingin orang-orang merasakan semangat perjuangan yang sama seperti yang dirasakan para petani di Bima. Aku tak ingin melirihkan keprihatinan, kepahitan ataupun kesedihan dari peristiwa tewasnya beberapa orang dalam konflik itu. Kupikir, kematian mereka, para petani di Bima sana, adalah sebuah pancing kesadaran yang harusnya membuat kita tersadar akan ketidak adilan yang dialami saudara-saudara kita di seantero nusantara ini. Aku, jika bisa dikatakan seperti ini, ingin membuat puisi yang lancang.
Malam itu juga, setelah selesai membuatnya, aku mengirimkan puisi tersebut. Tak ada harapan apapun saat aku mengirimnya. Kupikir, aku hanya ingin berkontribusi sebisaku, dan jika puisiku tidak cukup baik untuk terpilih, paling tidak di dalam buku itu nantinya akan terdapat banyak suara-suara yang juga mewakilkan keresahanku.
Sekitar sebulan berlalu, dan tak ada kabar sama sekali dari kegiatan ini. Akupun tak pernah pula mencari tahu. Sampai akhirnya, kemarin pagi, tanggal 14 Februari 2012, terdengar suara email dari telepon genggamku. Aku memeriksanya, dan ternyata ini adalah email pengumuman tentang antologi puisi tersebut. Paragraf pertama email ini berisi salam dan terima kasih. Paragraf kedua, dibuka dengan kalimat "Karena banyaknya sumbangan puisi yang dikirim oleh para penulis, sehingga tak bisa diterbitkan semuanya karena keterbatasan biaya,(............)" Saat membacanya, aku mulai berpikir "baiklah, aku menerima email pemberitahuan versi penulis yang karyanya tidak lolos seleksi, selamat berjuang kawan-kawan." Kemudian, aku kembali membaca lanjutan email tersebut, dan daftar penulis yang puisinya terpilih masuk ke dalam buku antologi puisi ini, dan, ya rupanya namaku ada di sana.
Aku senang mendapat kabar tersebut, karena ini adalah buku pertamaku di tahun 2012. Bahkan, sejujurnya aku tak pernah mengirimkan tulisan apapun sebelumnya. Namun kupikir pula, ini hanyalah permulaan dari perjalan menulisku, yang memang baru kumulai di tahun 2012. Buku antologi puisi ini, menurutku berupa simbol, bahwa memang inilah jalan hidup yang kupilih. Inilah jenis-jenis tulisan yang akan terus aku hasilkan pada kelanjutan hidupku sebagai penulis. Ya, aku tak mau menjustifikasikannya terlalu dini, satu hal yang pasti, aku menulis karena aku merasakan keresahan, dan ada gagasan di kepalaku yang ingin aku sampaikan. Dari sanalah, aku merasa memiliki arti dalam hidupku.
Oh ya, ngomong-ngomong, aku mendapatkan email yang menginformasikan seperti apa cover dari buku ini, nantinya. Sebenarnya aku berharap model-model cover yang lebih simbolis, namun sudahlah, nanti aku akan mengurus hal semacam itu pada buku pribadiku. :)
Aku belum mendapat konfirmasi tanggal launching buku ini, yang rencananya akan dilakukan dalam waktu dekat. Nanti, setelah buku ini dipublikasikan, aku akan menuliskan pula di website ini, puisiku di buku tersebut. Kuharap setelah membacanya, kalian tak lupa untuk membeli bukunya. :)
Ario Sasongko
15 Februari 2012
Ario Sasongko
15 Februari 2012