Jika bisu ini masih saja mengalun, terlayang ketika mata kita tertemu nanti pada kala terakhir, dan bagaimana jarak kelak menuntunku, maka kau tahulah aku mencintamu.
Dan jika peragu ini harus pergi dalam ragunya, dalam usaha menerka yang tak pernah selesai, sampai pasrah dibawanya bersama tanya-tanya dan terka yang tak rela padam, maka kau tahulah aku mencintamu.
Dan jika peragu ini harus pergi dalam ragunya, dalam usaha menerka yang tak pernah selesai, sampai pasrah dibawanya bersama tanya-tanya dan terka yang tak rela padam, maka kau tahulah aku mencintamu.
Jika aku menarik matamu, melekatkannya dengan apa yang dipandang mataku, dan itupun tak sanggup pula aku memahami cara kedua milikmu itu, bagaimana mereka membiarkanku menerawang dalam bahasa yang tak pernah kupahami, dan tak pula kau temukan mataku berbicara padamu, maka kau tahulah aku mencintamu.
Jika aku dengan lancang dapat meramal bagaimana merindu itu pasti akan hinggap bersama jarak yang semakin lebar, dan kusampaikan padamu tanpa tendensi serta tertangkap pula olehmu tanpa prasangka, dan kita biasa saja mencengkrama waktu terakhir kita, maka kau tahulah aku mencintamu.
Jika kita tak jua sejengkalpun bertemu, dan kau kira tenggelam aku dalam pemikiran dan buku-buku itu, dan kau kira pula keinginanku untuk berjarak tanpa mempertimbangkan keberadaanmu, serta tak ada sisa suaraku yang kau dengar bahkan sebelum jarak itu menjemputku, maka kau tahulah aku mencintamu.
Jika alih kau dengar aku mengucap, kau temukan kata-kata ini yang membicara segala aku yang telah tak ada di hadapmu itu, dan inilah kini ketiadaan itu mencoba menyisakan sedikit rasa yang mungkin tak kau kecap dalam hari-hari kala mata kita sekali-sekali itu bertemu,
maka kau tahulah aku pergi dengan mencintamu.
Ario Sasongko
12. Maret. 2012
N.B: Sementara belumlah pula jarak itu tiba, biarkan aku mengusaha agar segala jika ini tak terwujud. Dan kau tahulah aku mencintamu.
Jika aku dengan lancang dapat meramal bagaimana merindu itu pasti akan hinggap bersama jarak yang semakin lebar, dan kusampaikan padamu tanpa tendensi serta tertangkap pula olehmu tanpa prasangka, dan kita biasa saja mencengkrama waktu terakhir kita, maka kau tahulah aku mencintamu.
Jika kita tak jua sejengkalpun bertemu, dan kau kira tenggelam aku dalam pemikiran dan buku-buku itu, dan kau kira pula keinginanku untuk berjarak tanpa mempertimbangkan keberadaanmu, serta tak ada sisa suaraku yang kau dengar bahkan sebelum jarak itu menjemputku, maka kau tahulah aku mencintamu.
Jika alih kau dengar aku mengucap, kau temukan kata-kata ini yang membicara segala aku yang telah tak ada di hadapmu itu, dan inilah kini ketiadaan itu mencoba menyisakan sedikit rasa yang mungkin tak kau kecap dalam hari-hari kala mata kita sekali-sekali itu bertemu,
maka kau tahulah aku pergi dengan mencintamu.
Ario Sasongko
12. Maret. 2012
N.B: Sementara belumlah pula jarak itu tiba, biarkan aku mengusaha agar segala jika ini tak terwujud. Dan kau tahulah aku mencintamu.