Di dermaga,
kuperhatikan lambai-lambai di ujung laut sana.
Kenangan-kenangan itu berkelit.
Kala hari ini, kutunggu kapalmu menyandar,
kembali ke tempat pertama
Hatiku menggumamkan nama.
Satu, hanya kau.
Lirihnya tak pernah keluar suara.
Hanya membicara melalui mata.
kuperhatikan lambai-lambai di ujung laut sana.
Kenangan-kenangan itu berkelit.
Kala hari ini, kutunggu kapalmu menyandar,
kembali ke tempat pertama
Hatiku menggumamkan nama.
Satu, hanya kau.
Lirihnya tak pernah keluar suara.
Hanya membicara melalui mata.
Tentu surat-suratku takkan sampai.
Aku menulis tak beralamat.
Kitapun hanya pengagum hasrat,
dan kisah ini menggurat-gurat samar,
tak terselesai.
Sore ini pelabuhan bisu.
Langit dan matahari beradu,
menyalak pesona jingga oranye bermasa lalu.
Aku ingat hari itu.
Saat hujan tak pernah berhenti,
dan kita menghitung tetesnya satu-satu.
Hujan tak pernah selesai,
kitapun lelah menunggu.
Ario Sasongko
16 Februari 2012
Aku menulis tak beralamat.
Kitapun hanya pengagum hasrat,
dan kisah ini menggurat-gurat samar,
tak terselesai.
Sore ini pelabuhan bisu.
Langit dan matahari beradu,
menyalak pesona jingga oranye bermasa lalu.
Aku ingat hari itu.
Saat hujan tak pernah berhenti,
dan kita menghitung tetesnya satu-satu.
Hujan tak pernah selesai,
kitapun lelah menunggu.
Ario Sasongko
16 Februari 2012