Pria itu menyimpan taman di janggutnya
yang ia bacakan ketika malam merindukan pagi.
Lalu ia relakan sepotong-sepotong puisi untuk dinikmati siapa saja.
Pria itu meniadakan kota dan menggambar hidupnya seukuran taman.
Ia tanam puisi di atas tanah, dan mencabutnya satu persatu ketika lapar.
Pria itu menulis nasib di sehelai kertas.
Ketika sakit, ia pergi berobat ke para penyair.
Lalu ia ia berikan sehelai kertas resep obat, minta dituliskan sajak tentang apa saja.
100116
Menteng-Rawamangun
Sepanjang sore sampai malam